Fakta, Mimpi dan Khayalan

| Sabtu, 25 April 2015
     Pagi yang diselimuti oleh lembut dan hangatnya sinar sang mentari, matapun terbuka dan merasa silau tapi berusaha menysuaikannya. Air yang berada di tangan mulai dibasuhkan kesuluruh bagian wajah segar dan merubah sebuah mimpi menjadi sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh diri ini yang sedang berdiri menatap langit biru dan berharap semua akan baik.

     Seluruh badan ini mulai terkena air yang berada di kamar mandi, mencoba membersihkan diri dari aktifitas kemarin agar pagi ini diberkahi oleh sang ilahi. Balutan jaitan yang mulai menyelimuti tubuh ini, perlahan-lahan mulai memenuhi tubuh ini, sedikit aroma dari sang bunga yang akan memberi keharuman bagi siapa saja yang menciumnya.

    Pintu terbuka, pepohonan mulai bersuara, angin mulai berhembus, burung yang berkicau mulai berterbangan, kaki ini melangkah terus ke depan tanpa henti sampai sebuah tujuan yang akan tercapai. Sebuah alunan musik menemani setiap kali kaki ini melangkah, sebuah garis lebar di bibir ini mulai terbentuk ketika mendengar musik yang membuat semangat tuk menjalani hari ini

    Terus berlari bersama beribu orang yang ada di jalan, melihat beragam aneka sepeda, aneka jajanan, beragam orang, berjuta suara dan butiran keringat yang mulai berjatuhan. Terdiam sejenak sambil menegakan air mineral yang baru saja kubeli, memikirkan seorang yang amat kusuka namu takkan bisa ku pahami.

    Mulai melangkah ke arah sang istana, melepas sepatu dan menaruhnya di depan. Melepaskan semua pakaian ini dan mulai menyegarkannya kembali. Jam mulai menunjukan waktu dimana aku harus bersiap lagi untuk pergi, mulai merapikan diri lagi dan mulai berharap sebuah pujaan hati. Melihat pesan di telepon genggam dan menunggu seorang teman.

    Tubuhku ini diterpa sang angin selama perjalanan, mulai berbicara bersama sang teman sampai tempat tujuan. Bertemu sekumpulan orang yang mempunyai kesibukan tersendiri, menemukan kerimunan orang-orang yang sedang berdiri di pojok sana, mulai menyapa dan bersalaman dan terdengar kembali cerita-cerita mereka.

    Menaiki sebuah elevator yang membawaku ke tempat dengan berjuta khayalan, berkumpul membeli sebuah kertas harapan yang membawa ke tempat khayalan. Jam mulai berbicara dengan lembut bahwa waktunya telah tiba untuk masuk ke tempat khayalan, bersama teman diriku memasukinya dengan balutan senyuman yang tak sengaja terbuat.

    Melihat bidadari yang mulai bermunculan, diriku ini hanya bisa terpaku di atas kursi yang sedang kududuki. Suara riuh dari tepuk tangan dan teriakan semangat mulai teredengar, suara khayalan dalam hati mulai bermunculan.
    Khayalan yang telah kulihat mulai meredam, para bidadari mulai menghilang, kaki ini pun mulai beranjak keluar. Seperti sebuah mainan dan ntah mengapa ada tali di punggung ini yang seolah-olah menarik kembali untuk duduk di kursi tadi. Suara dari teman mulai bermunculan untuk menggambarkan kejadian di tempat khayal tadi.

    Mulai mencari kesibukan, makan dan berbicara terus hingga malam.Hingga akhirnya semua bidadari itu mulai turun dan segerombolah para pencari cinta mulai memberikan harapan mereka satu per satu kepada sang bidadari. Diriku juga sudah mengenal satu bidadari dan diriku mulai memberi harapan ini kepadanya.

    Tapi dari semua cerita tadi itu adalah proses yang terjadi hingga saat ini. Semua berubah!!! kegiatan itu kini sudah mulai tak terjadi lagi, mulai beranjak pergi, mulai tak tertarik lagi, karena sang bidadari yang ku kenal kini tak tahu mulai kemana dan mau apa. Senyumnya yang dulu kudamba kini menghilang ntah kemana bagai sebuah cerita lama.

    Mencari cara untuk mengetahuinya, mulai berlari untuk mengejarnya, mulai berdoa agar diberi petunjuk-Nya tapi sayang dan ntah kenapa aku takkan bisa mengetahuinya karena dia juga terus berlari untuk menyembunyikannya dari diriku yang takkan pernah tau dia kenapa.

    Angin ini mulai menyatu denganku, diriku mulai berpergian agar tak terjebak suatu pikiran, tapi pikiran itu sendiri juga menjadi angin sehingga diri ini terus diikuti. Terus berusaha menghindar tapi tak terhindarkan. "Bodoh sekali diri ini!!!" pikiran itu terus saja berbicara, tapi sang hati terus membantahnya.
 
   Aku ingin sebuah jawaban dari sebuah pertanyaan yang tak terungkapkan, diriku hanya ingin berkata maaf kepada sang bidadari dan diriku akan menjauh pergi jika memang sang bidadari yang inginkan, tapi sebelum itu semua terjadi aku hanya ingin sebuah jawaban. Aku tahu sang bidadari sedang membaca ini dan sedang memikirkannya.

     Maaf kan semuanya yang terjadi tapi aku hanyalah aku yang tak tau diri dan terus terbuai di dalam mimpi karena tak mau beranjak pergi, aku hanya ingin sebuah balutan senyuman yang terjadi diantara pipimu wahai sang bidadari. maafkanlah diri ini.

     Aku akan terus mengejar mimpi dan takkan lari dari fakta bahwa semua itu hanya khayal yang terjadi diantara semua fakta dan mimpi hingga menjadi kenyataan yang tidak memungkinkan untuk dijelaskan. Kini aku berharap dan berdoa agar semuanya menjadi seperti apa yang aku harapakan walau itu memang bodoh untuk dijelaskan.

     Terima kasih kamu telah menjadi cahaya yang membuat diri ini terus berharap, terima kasih telah menjadi sebuah teman khayal yang terus membuat balutan senyum di antara pipi ini, terima kasih telah menjadi gadis impian, terima kasih telah menyemangatiku walau ku tak tahu, terima kasih telah mengenal diriku. Aku akan mencoba pergi bersama sang angin dan berputarnya sang waktu
by : Hiro

 

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲